Sindrom nefrotik
Senin, Mei 10, 2010
1. PENGERTIAN
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolestrolemia.
2. Etiologi
Sebab yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.
Umumnya para ahli membagi etiologi menjadi:
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resistensi terhadap semua pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa neonatal.
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
- Malaria kuartana atau parasit lain. Penyakit kolagen seperti lupus eritematous desiminata, purpura anafilaktoid.
- Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisalimin, garam emas, sengatan lebah, air raksa.
- Amilodosis, penyakit sel sabit , hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui sebabnya)
d. Glomerulosklerosis fokal segmental Pada kelainan ini yang menyolok skelerosis glomerulus. sering disertai dengan atrofi tubulus.
3. PATOFISIOLOGI
Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerolus terhadap protein plasma, yang menimbulkan: Proteinuria, Hipoalbumenemia, Hiperlipidemia, dan Edema. Hilangnya protein menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga abdomen. Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi sistim renin-angiotensin yang mengakibatkan disekresinya hormon antideuretik (ADH) dan aldosteron. Reabsorbsi tubular terhadap natrium (Na+) dan air mengalami peningkatan dan akhirnya menambah volume intravaskular.
5. TANDA DAN GEJALA
a. Proteinuria.
b. Retensi cairan dan edema yang menambah berat badan edema periorbital, edema dependen, pembengkakan genetalia eksterna, edema fasial, asites hernia, inguinalisdan distensi abdomen, efusi pleural
c. Penurunan julah urin – urin gelap, berbusa.
d. Hematuria.
e. Anoreksia
f. Diare
g. Pucat.
6. KOMPLIKASI
a. Penurunan volume intravaskular (syok hipovolemik)
b. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trobosis vena).
c. Perburukan pernapasan (berhubungan dengan retensi cairan)
d. Kerusakan kulit.
e. Infeksi.
f. Peritonitis (berhubungan dengan asites).
g. Efek samping steroid yang tidak diinginkan.
7. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
a. Uji Urin
Protein urin --------- meningkat
Urinalisa ---------cast hialin dan granular, hematuria
Dipstik urin -------- positif untuk protein dan darah.
Berat jenis urin ------- meningkat.
b. Uji Darah
Albumin serum --------- menurun
Kolesterol serum meningkat
Hemoglobin dan hematokrit---------- meningkat (hemokonsentrasi).
Laju endap darah (LED) ------------ meningkat.
Elektrolit serum----- bervariasi dengan keadaan penytakit perorangan.
c. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal yang tidak dilakukan secara rutin.
8. THERAPI
a. Pemberian kortikosteroid (prednison)
b. Penggantian protein (dari makanan atau 25 % albumin)
c. Pengurangan edema----- deuretik dan restriksi natriuim
d. Rumatan keseimbangan elektrolit
e. Inhibitor enzim penkonversi-angiotensin (menurunkan banyaknya proteinuria pada glomerulonefritis membranosa)
f. Agens pengalkilasi (sitotoksik)----- klorambusil dansiklofosfamid
g. Obat nyeri
h. Antibiotika hanya diberikan bila ada infeksi.
9. MASALAH KEPERAWATAN
a. Kelebihan volume cairan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Kerusakan integritas kulit
d. Resiko infeksi
e. Nyeriakut