TALASEMIA

Senin, Mei 10, 2010

I. DEFINISI
Talasemia adalah penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada hemoglobin.

II. KLASIFIKASI
Secara molekuler talasemia dibedakan atas :
1. Talasemia (gangguan pembentukan rantai )
2. Talasemia (gangguan p[embentukan rantai )
3. Talasemia (gangguan pembentukan rantai dan yang letak gen nya diduga berdekatan).
4. Talasemia (gangguan pembentukan rantai )
Secara klinis talasemia dibagi dalam 2 golongan yaitu :
1. Talasemia Mayor (bentuk homozigot)
Memberikan gejala klinis yang jelas
2. Talasemia Minor biasanya tidak memberikan gejala klinis.

III. PATOFISIOLOGI
Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder. Penyebab primer adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler. Penyebab sekunder adalah karena defisiensi asam folat,bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam limfa dan hati.
Penelitian biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang.
Tejadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara transfusi berulang,peningkatan absorpsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis serta proses hemolisis.
IV. ETIOLOGI
Factor genetic

V. MANIFESTASI KLINIS
- Letargi
- Pucat
- Kelemahan
- Anoreksia
- Sesak nafas
- Tebalnya tulang cranial
- Pembesaran limfe
- Menipsnya tulang kartilago
- Disritmia

VII. KOMPLIKASI
- Fraktur patologis
- Hepatosplenomegali
- Gangguan Tumbuh Kembang
- Disfungsi organ

VIII. PENATALAKSANAAN TERAPI
1. Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 10 g/dl. Komplikasi dari pemberian transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat besi yang disebut hemosiderosis. Hemosiderosis dapat dicegah dengan pemberian Deferoxamine(desferal).
2. Splenectomy : dilakukan untuk mengurangi penekanan pada abdomen dan meningkatkan rentang hidup sel darah merah yang berasal dari suplemen(transfusi).

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian Fisik
- Riwayat keperawatan
- Kaji adanya tanda-tanda anemia(pucat,lemah,sesak,nafas cepat,hipoksia kronik,nyeri tulang dan dada,menurunnya aktivitas,anoreksia),epistaksis berulang.
Pengkajian Psikososial
- Anak : Usia,tugas perkembangan psikososial,kemampuan beradaptasi dengan penyakit,mekanisme koping yang digunakan.
- Keluarga : respon emosional keluarga,koping yang digunakan keluarga,penyesuaian keluarga terhadap stress.

DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan b.d berkurangnya komponen seluler yang penting untuk menghantarkan Oksigen/zat nutrisi ke sel.
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kurangnya selera makan.
4. Koping keluarga tidak efektif b.d dampak penyakit anak terhadap fungsi keluarga.

Read more...

TUMBUH KEMBANG ANAK

A. PENGERTIAN
Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/dimensi akibat penambahan jumlah atau ukuran sel dan jaringan interseluler.
Kembang/perkembangan adalah proses pematangan/maturasi fungsi organ tubuh termasuk berkembangnya kemampuan mental intelegensia serta perlakuan anak.

B. JENIS TUMBUH KEMBANG
1. Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi organisme individu.
2. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik seperti berbicara,bermain,berhitung dan membaca.
3. Tumbuh kembang social emosional bergantung kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin,berkasih saying,menangani kegelisahan akibat suatu frustasi dan mengelola rangsangan agresif.

C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG
1. Faktor Genetik
2. Faktor herediter konstitusional
3. Faktor lingkungan
Lingkungan ini meliputi aspek fisikobiopsikososial yang dapat berupa :
a.Orang tua : hidup rukun dan harmonis,persiaan jasmani,mental,social yang matang pada saat membina keluarga,mempunyai tingkat ekonomo/kesejahteraan yang cukup,cukup waktu untuk memperhatikan,membimbing dan mendidik anak
b.Pelayanan KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan Ibu dan Anak dengan jaringan dan fasilitas yang memadai dalam tenaga,peralatan,anggaran dan mencakup seluruh populasi.
c.Didaerah perkotaan m,aupun pedesaan diciptakan keadaan yang cukup baik dalam segi-segi : kesehatan,geografis,demografis,social ekonomi.
d.Pendidikan di rumah,sekolah, diluar sekolah dan rumah untuk pembinaan perkembangan emosi, social, moral, etika, tanggung jawab,pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian.

D. TAHAP TAHAP TUMBUH KEMBANG
Proses tumbuh kembang dimulai sejak sel telur dibuahi dan akan berlangsung sampai dewasa.
a. Tahap prenatal
- Masa embrio : mulai konsepsi – 8 minggu
- Masa tengah fetus : 9 minggu – 24 minggu
- Masa fetus lanjut : 24 minggu – lahir
b. Tahap postnatal
• Masa neonatal : lahir – 1 bulan
Masa bayi awal : 1 bulan – 1 tahun
• Masa bayi lanjut : 1 tahun – 2 tahun
c. Masa anak (wanita : 2-10 tahun, laki-laki : 2-12 tahun) :
- Masa prasekolah : 2 – 6 tahun
- Masa sekolah : wanita 6 – 10 tahun,laki-laki 6 – 12 tahun
d. Masa remaja (adolesen) : wanita 10-18 tahun, laki-laki 12-20 tahun
- Pra pubertas : wanita 10-12 tahun,laki-laki 10-14 tahun
- Pubertas : wanita 12-14 tahun,laki-laki 14-15 tahun
- Post pubertas :wanita 14-18 tahun,laki-laki 16-20 tahun

E. SKRINING DAN PENGAWASAN TUMBUH KEMBANG
Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan pencatatan yang baik dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara teratur dan pengawasan terutama anak balita.
- Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
- Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Development Screening Test).

Sedangkan tahap-tahap penilaian perkembangan anak yaitu :
- Anamnesis
- Skrining gangguan perkembangan anak
- Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
- Evaluasi bicara dan bahasa anak
- Pemeriksaan fisik

F. TEORI PERKEMBANGAN MENURUT SIGMUND FREUD
1.Fase Oral : 0 – 1 tahun
Keuntungan : Kepuasaan/kebahagian terletak pada mulut
Mengisap,menelan,memainkan bibir,makan,kenyang dan tidur.
Kerugian : menggigit,mengeluarkan air liur,marah,menangis jika tidak terpenuhi.
2.Fase Anal : 1 – 3 tahun
Keuntungan : belajar mengontrol pengeluran BAB dan BAK,senang melakukan sendiri
Kerugian : jika tidak dapat melakukan dengan baik.
3.Fase Phalic : 3 – 6 tahun
• Dekat dengan orang tua lawan jenis
• Bersaing dengan orang tua sejenis
4.Fase latent : 6 – 12 tahun
• Orientasi social keluar rumah
• Pertumbuhan intelektual dan social
• Banyak teman dan punya group
• Impuls agresivitas lebih terkontrol
5.Fase genital
• Pemustan seksual pada genital
• Penentuan identitas
• Belajar tidak tergantung pada orang tua
• Bertanggung jawab pada diri sendiri
• Intim dengan lawan jenis.
Keuntungan : bergroup
Kerugian : konflik diri,ambivalen.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Review kembali catatan medik masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan pada perkembangan anak
2. Kaji pengetahuan keluarga akan penyakit/masalah yag berkaitan dengan gangguan tumbang anak
3. Tentukan perkembangan anak sesuai umurnya (dengan DDST)
4. Kaji kemampuan fungsional anak yang meliputi kemampuannya dalam makan,mandi,berpakaian,berjalan,memecahkan masalah dan berkomunikasi.
5. Kaji persepsi orang tua kan tingkat perkembangan anak dan pengharapan mereka terhadap anaknya.
6. Kaji tentang hubungan orang tua denagan anak
7. Kaji sumber-sumber yang mendukung seperti tingkat perekonomian keluarga dll yang dapat mendukung perkembangan anak.

B. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Ketidakmampuan penyesuaian berhubungan dengan kelahiran/diagnosis gangguan perkembangan anak.
2. Perubahan kemampuan peran orang tua berhubungan dengan kesulitan memenuhi dan mengasuh anak.
3. Ketidakefektifan kemampuan anak dalam pola makan b.d ketidakmampuan lidah,kelumpuhan otot dan kelemahan menelan.
4. Perubahan tumbang b.d ketidakmampuan
5. Isolasi social b.d kelainan perkembangan
6. Resiko cedera b.d perkembangan (sesuai dgn tingkat usia perkembangan anak).

Read more...

RETARDASI MENTAL

1. PENGERTIAN
Retardasi mental adalah suatu keadaan dimanan seseorang memiliki kemampuan mental yang tidak mencukupi(WHO)
Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari ;
b. Maturasi
c. Proses belajar
d. Penyesuaian diri secara social

2. ETIOLOGI
Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :
a. Penyebab Organik
1). Faktor prenatal :
- Penyakit kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down)
- Sindrom Fragile X
- Gangguan Sindrom ( distrofi otot Duchene, neurofibromatosis ( tipe 1)
- Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria )
2). Faktor Perinatal :
- Abrupsio plasenta
- Diabetes maternal
- Kelahiran premature
- Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial
3). Faktor Pasca natal :
- Cedera kepala
- Infeksi
- Gangguan degeneratif
b. Penyebab non organik
Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
Sosial cultural
Interaksi anak kurang
Penelantaran anak
c. Penyebab lain : Keturunan,pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain

Retardasi mental dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris berat dengan deviasi psikososial atau lingkungan ( Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta )

3. MANIFESTASI KLINIS
- Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
- Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
- Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
- Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal )
- Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
- Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
- Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
- Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar


4. PATOFISIOLOGI
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.















6. KRITERIA DIAGNOSTIK
- Fungsi intelektual yang secara signifikan berada dibawah rata-rata . IQ kira-kira 70 atau kurang ( untuk bayi penilaian klinis dari fungsi fungsi intelektual dibawah rata2 ).
- Kekurangan atau kerusakan fungsi adaptif yang terjadi bersamaan ( mis. efektifitas seseorang dalam memenuhi harapan kelompok budayanya terhadap orang seusianya) dalam sedikitnya dua area berikut : komunikasi, perawatan diri , kerumahtanggaan, ketrampilan sosial dan interpersonal, penggunaan sarana-sarana masyarakat pengarahan diri, ketrampilan akademik fungsional , bekerja, bersantai , kesehatan dan keamanan.
- Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun.

Kode dibuat berdasarkan tingkat keparahan yang tercermin dari kerusakan inteletual :
317 Retardasi mental ringan ( Tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70 )
318.0. Retardasi mental Sedang ( Tingkat IQ 35-40 sampai 50-55 )
318 .1. Retardasi mental berat ( Tingkat IQ 20-35 sampai 35-45 )
318.2. Retardasi mental yang amat sangat berat (Tingkat IQ dibawah 20-25)
319 Retardasi mental dengan keperahan yang tidak disebutkan: jika
terdapat dugaan kuat adanya retardasi mental tetapi emintelligence orang tsb tidak dapat diuji dengan test Standar.


7. KOMPLIKASI
-Serebral palcy
-Gangguan kejang
-Gangguan kejiwaan
-Gangguan konsentrasi /hiperaktif
-Defisit komunikasi
-Konstipasi

8. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
-Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant development )
-Uji perkembangan seperti DDST II
-Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive behaviour scales ).

9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
-Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
-Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
-Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
-Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
Pencegahan :
-Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
-Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
- perawatan prenatal
- pengawasan kesehatan reguler
- pelayanan dukungan keluarga

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
• Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
• Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
• Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial
• Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
• Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan.

C. INTERVENSI
• Kaji factor penyebab gangguan perkembangan anak
• Indentifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal
• Berikan perawatan yang konsisten
• Tingkatkan komunikasi verbal dan stimualsi taktil
• Berikan instruksi berulang dan sederhana
• Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
• Dorong anak melakukan perawatan sendiri
• Manajemen perilaku anak yang sulit
• Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
• Ciptakan lingkungan yang aman

D. PENDIDIKAN PADA ORANG TUA
• Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
• Dukung keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
• Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit
• Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok

E. HASIL YANG DIHARAPKAN
• Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya
• Keluarga dan anak mampu menggunakan koping terhadap tantangan karena adanya ketidakmampuan
• Keluarga mampu mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas

Read more...

Sindrom nefrotik

1. PENGERTIAN
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolestrolemia.

2. Etiologi
Sebab yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.
Umumnya para ahli membagi etiologi menjadi:
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resistensi terhadap semua pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa neonatal.
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
- Malaria kuartana atau parasit lain. Penyakit kolagen seperti lupus eritematous desiminata, purpura anafilaktoid.
- Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisalimin, garam emas, sengatan lebah, air raksa.
- Amilodosis, penyakit sel sabit , hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui sebabnya)
d. Glomerulosklerosis fokal segmental Pada kelainan ini yang menyolok skelerosis glomerulus. sering disertai dengan atrofi tubulus.

3. PATOFISIOLOGI

Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerolus terhadap protein plasma, yang menimbulkan: Proteinuria, Hipoalbumenemia, Hiperlipidemia, dan Edema. Hilangnya protein menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga abdomen. Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi sistim renin-angiotensin yang mengakibatkan disekresinya hormon antideuretik (ADH) dan aldosteron. Reabsorbsi tubular terhadap natrium (Na+) dan air mengalami peningkatan dan akhirnya menambah volume intravaskular.
















5. TANDA DAN GEJALA

a. Proteinuria.
b. Retensi cairan dan edema yang menambah berat badan edema periorbital, edema dependen, pembengkakan genetalia eksterna, edema fasial, asites hernia, inguinalisdan distensi abdomen, efusi pleural
c. Penurunan julah urin – urin gelap, berbusa.
d. Hematuria.
e. Anoreksia
f. Diare
g. Pucat.


6. KOMPLIKASI

a. Penurunan volume intravaskular (syok hipovolemik)
b. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trobosis vena).
c. Perburukan pernapasan (berhubungan dengan retensi cairan)
d. Kerusakan kulit.
e. Infeksi.
f. Peritonitis (berhubungan dengan asites).
g. Efek samping steroid yang tidak diinginkan.

7. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG

a. Uji Urin
Protein urin --------- meningkat
Urinalisa ---------cast hialin dan granular, hematuria
Dipstik urin -------- positif untuk protein dan darah.
Berat jenis urin ------- meningkat.
b. Uji Darah
Albumin serum --------- menurun
Kolesterol serum meningkat
Hemoglobin dan hematokrit---------- meningkat (hemokonsentrasi).
Laju endap darah (LED) ------------ meningkat.
Elektrolit serum----- bervariasi dengan keadaan penytakit perorangan.
c. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal yang tidak dilakukan secara rutin.


8. THERAPI

a. Pemberian kortikosteroid (prednison)
b. Penggantian protein (dari makanan atau 25 % albumin)
c. Pengurangan edema----- deuretik dan restriksi natriuim
d. Rumatan keseimbangan elektrolit
e. Inhibitor enzim penkonversi-angiotensin (menurunkan banyaknya proteinuria pada glomerulonefritis membranosa)
f. Agens pengalkilasi (sitotoksik)----- klorambusil dansiklofosfamid
g. Obat nyeri
h. Antibiotika hanya diberikan bila ada infeksi.


9. MASALAH KEPERAWATAN
a. Kelebihan volume cairan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Kerusakan integritas kulit
d. Resiko infeksi
e. Nyeriakut

Read more...

MENINGITIS

Pengertian
Meningitis adalah radang selaput otak yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme.

Klasifikasi.
Meningitis berdasarkan penyebab dapat dibagi menjadi :
1. Meningitis bakterial:
a. Bakteri non spesifik : meningokokus, H.Influenzae, S.pneumoniae, Stafilokokus, Streptokokus, E.Coli, S.Typhosa
b. Bakteri spesifik M. Tuberkulosa.
2. Meningitis Virus.
Beberapa jenis virus dapat menyebabkan meningitis seperti Mumps (gondong), measles; dll.
3. Menigitis karena jamur
4. Meningitis karena parasit, seperti toksoplasma, amoeba.
Berdasarkan perlangsungan dan pemeriksaan cairan serebrospinalis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Meningitis purulenta/meningitis bakterial akut
2. Meningitis serosa
3. Meningitis aseptik

1. Meningitis purulenta/ M. Bakterial akut
Penyebab adalah bakteri non spesifik
Perjalanan penyakit ini berlangsung akut sebagai berikut:
a. Secara hamatogen dari satu sumber infeksi (tonsilitis, pneumonia, endokarditis, tromboplebitis,dll).
b. Perluasan langsung dari peradangan organ didekat selaput otak (sinusitis, otitis media, mastoiditis, abses otak. Dll).
c. Trauma dikepala dengan fraktur kranium terbuka, komplikasi tindakan bedah otak.

2. Meningitis tuberkulosa.
Pada umumnya terjadi karena komlikasi penyebaran tuberkulosis paru primer. Secara hematogen kuman sampai keotak , sum-sum tulang belakang, vetebra → membentuk tuberkel → pecah → selaput otak. Cara lain dengan perluasan lansung dari mastoiditis tuberkulosa.

4. Meningitis ASEPTIK.
Kriteria diagnosis subyektif.
- Panas (gejala kardial)
- Mual.
- Muntah,
- Iritabel.
- Anoreksia.
- Nyeri kepala, bingung, rewel , kadang-kadang sakit pinggang, kekakuan otot,
- Kejang (fokal atau umum)
- Fotofobia.

Obyektif.
- Gangguan kesadaran (stupor sampai koma.
- Kerning sign (+) tanda kardinal, kaku kuduk,
- Tekanan intrakranial meninggi ( fontanela cembung, edema papil)
- Gangguan sistim saraf pusat : gangguan kesadaran, gangguan saraf kranial (paralisis, buta, tuli)
- Hiperestesia.

Laboratorium.
• Pungsi lumbal.
o Warna jerni, mengabur sampai keruh (tergantung sifat eksudat)
o Tekanan cairan serebrospinal meningkat
o Jumlah sel meningkat (100- 60.000) pada kausa bakteri didominasi oleh sel polimorfonuklear).
o Reaksi pandi (+), Nonne- Apelt (+).
o Protein meningkat : 35 mg%
o Kadar gula turun: 40 mg% (bisa sampai 0 ). Kadar gula CSS. Normal = separo kadar gula darah).
o Kultur : bila prosedur baik 90% biakan positif.

Khusus untuk meningitis tuberkulosis kultur dilakukan 2 kali yaitu setelah 3-4 hari pengobatan dilakukan oleh kultur ulangan hasil positif sulit diperoleh.
• Darah ;
o AL normal atau meningkat tergantung etiologi.
o Hitung jenis didominasi sel polimorfonuklear atau limfosit
o Kultur 80-90% , untuk TBC 2% (+).

Pemeriksaan lengkap.
• CRP darah dan cairan serebrospinalis
• Peningkatan kadar laktat cairan cerebrospinalis
• Penurunan pH cairan cerebrospinalis
• LDH, CPK, GOT.
• Khusus kausa TBC :
o Kurasan lambung.
o Takahashi, PAP,Imuzim.
o Uji PPD, BCG, Ro Thorax
o CT scan kepala (kalau ada indikasi khusus sepeerti hidrosephalus)
o Funduskopi untuk melihat tuberkel di retina.

Read more...

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

I. PENGERTIAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah infeksi akut yang terjadi pada saluran napas termasuk adneksanya. Akut adalah berlangsung sampai 14 hari, Adneksa yaitu sinus,rongga telinga dan pleura

II. KLASIFIKASI
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :
ISPA atas : Rinitis, faringitis,Otitis
ISPA bawah : Laringitis ,bronchitis,bronkhiolitis,pneumonia.

III. ETIOLOGI
1. Virus Utama : - ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.

IV. FAKTOR RESIKO
Faktor diri (host) : umur,jenis kelamin,status gizi,kelainan congenital,imunologis,BBLR dan premature.
Faktor lingkungan : Kualitas perawatan orang tua,asap rokok,keterpaparan terhadap infeksi,social ekonomi,cuaca dan polusi udara.

V. PATOFISIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

VI. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.
2. Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin,Ampisillin,Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

ASUHAN KEPERAWATAN

1.PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
a. Riwayat : demam,batu,pilek,anoreksia,badan lemah/tidak bergairah,riwayat penyakit pernapasan,pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang menyertai.
b. Tanda fisik : Demam,dyspneu,tachipneu,menggunakan otot pernafasan tambahan,faring hiperemis,pembesaran tonsil,sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : Umum ,tingkat perkembangan,kebiasaan sehari-hari,mekanisme koping,kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.

2. DIAGNOSE KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
b. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nyeri menelan,penurunan nafsu makan sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan akut.
c. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi
d. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.

Read more...

MEGACOLON AGANGGLIONIC (HISPRUNG)

A. Pengertian
Penyakit hischprung disebut juga congenital aganglionosis atau megacolon (aganglionic megacolon ) yaitu tidak adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam colon
B. Etiologi
• Sering terjadi pada anak dengan down syndrome
• Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal pada myenterik dan submukosa dinding plexus
C. Patofisiologi
• Berdasarkan panjang segmen yang terkena dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
a. Penyakit Hischprung segmen pendek
Segmen agangilonosis mulai dari anus sampai sigmoid.
b. Penyakit hischprung segmen panjang
Daerah agangilonosis dapat melebihi sigmoid malahan dapat mengenai seluruh kolon sampai usus halus.
• Persarafan parasimpatik colon didukung oleh ganglion. Persarafan parasimpatik yang tidak sempurna pada bagian usus yang aganglionik mengakibatkan peristaltic abnormal sehingga terjadi konstipasi dan obstruksi
• Tidak adanya ganglion disebabkan kegagalan dalam migrasi sel ganglion selama perkembangan embriologi. Karena sel ganglion tersebut bermigrasi pada bagian kaudal saluran gastrointestinal ( rectum) kondisi ini akan memperluas hingga proksimal dari anus.
• Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk control kontraksi dan relaksasi peristaltic secara normal
• Penyempitan pada lumen usus, tinja dan gas akan terkumpul dibagian proksimal dan terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian colon tersebut melebar ( megacolon)


E. Manifestasi klinis
1. Masa Neonatal :
• Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
• Muntah berisi empedu
• Enggan minum
• Distensi abdomen
• Obstruksi usus
2. Masa Bayi dan Kanak-kanak
• Konstipasi
• Diare berulang
• Tinja seperti pita, berbau busuk
• Distensi abdomen
• Nyeri abdomen dan distensi
• Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
F. Uji Laboratorium dan Diagnostik
• Foto abdomen( terlentang,tegak,telungkup, dekubitus lateral) – diagnostik
• Enema barium – diagnostik
• Biopsi rectal – untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion
• Manometri anorectal – untuk mencatat respons refluks sfingter interna dan eksterna
G. Komplikasi
• Obstruksi usus
• Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
• Konstipasi
• Gawat pernafasan ( akut )
• Enterokolitis (akut)
• Striktura ani ( pasca bedah)
• Inkontinensia ( jangka panjang)
H. Penatalaksanaan Bedah
Pembedahan pada penyakit hischprung dilakukan dalam dua tahap :
• Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal ( memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan)
• Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan ( atau bila beratnya antara 9dan 10 kg ) satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan jarak 1 cm dari anus.
Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomiskannya dibelakang usus aganglionik menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut.
Pada prosedur Swenson bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi.sfingterotomi dilakukan pada bagian posterior.
Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan prosedur yang paling banyak dilakukan untuk mengobati penyakit hischprung.dinding otot dari segmen rectum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai keanus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dari jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
I. Penatalaksanaan Perawatan
1. Pengkajian
• Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir
• Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk
• Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi
• Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada bagian proksimal karena obstruksi
• Pengkajian psikososial keluarga
Pra Bedah :
• Kaji status klinik anak( tanda-tanda vital, asupan dan keluaran)
• Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus
• Kaji adanya tanda-tanda enterokolitis
• Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap pembedahan yang akan datang
• Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
Pasca Bedah :
• Kaji status pasca bedah anak ( tanda-tanda vital, bising usus, distensi abdomen)
• Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
• Kaji adanya komplikasi
• Kaji adanya tanda-tanda infeksi
• Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
• Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap pengalamannya di rumah sakit dan pembedahan
• Kaji kemampuan orang tua dalam menatalaksanakan pengobatan dan perawatan yang berkelanjutan
2. Diagnosa Keperawatan
• Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena aganglion pada usus
• Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan persiapan pembedahan, intake yang kurang, mual dan muntah
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan colostomy dan perbaikan pembedahan
• Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan dan adanya insisi
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan gastrointestinal
• Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
• Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kebutuhan irigasi,pembedahan dan perawatan colostomy
• Gangguan citra tubuh berhubungan dengan colostomy dan irigasi
3. Intervensi keperawatan
Perawatan PraBedah :
a. Pantau status nutrisi anak sebelum pembedahan
• Beri makan tinggi kalori,tinggi protein dan tinggi sisa
• Gunakan rute makan alternatif jika pasien tidak dapat minum peroral
• Kaji asupan dan haluaran secara cermat setiap 8 jam
• Timbang berat badannya setiap hari
b. Persiapkan bayi dan anak secara emosional untuk menghadapi pembedahan
c. Pantau status klinik prabedah
• Pantau tanda-tanda vital setiap 2 jam bila perlu
• Pantau asupan dan haluaran
• Observasi tanda dan gejala perforasi usus
- Muntah
- Peningkatan nyeri tekan
- Distensi abdomen
- Iritabilitas
- Gawat pernafasan ( dispnea)
• Pantau adanya tanda-tanda enterokolitis
• Ukur lingkar perut setiap 4 jam ( untuk mengkaji distensi abdomen)
d. Pantau reaksi bayi terhadap persiapan pra bedah
• Enema sampai bersih ( untuk membersihkan usus sebelum pembedahan )
• Pasang selang intravena (IV)
• Pasang kateter foley
• Obat prabedah
• Uji diagnostic
• Dekompresi lambung dan usus ( selang nasogastrik atau selang rectal )
• Puasa selama 12 jam sebelum operasi

Perawatan PascaBedah :
a. Pantau dan laporkan status pascabedah anak
• Auskultasi kembalinya bising usus
• Pantau tanda-tanda vital setiap 2 jam sampai stabil kemudian setiap 4 jam
• Pantau adanya distensi abdomen( pertahankan kepatenan selang NG )
b. Pantau status hidrasi anak ( tergantung status anak dan protocol RS )
• Kaji adanya tanda-tanda dehydrasi atau kelebihan cairan
• Ukur dan catat drainase kolostomi
• Ukur dan catat drainase kateter foley
• Pantau infus IV ( jumlah,kecepatan,infiltrasi)
• Observasi adanya gangguan keseimbangan elektrolit
( Hiponatremianatau hipokalemia)
c. Observasi dan laporkan adanya tanda-tanda komplikasi
• Obstruksi usus karena perlengketan,volvulus atau intusepsi
• Kebocoran pada anastomosis
• Sepsis
• Fistula
• Enterokolitis
• Frekuensi defekasi
• Konstipasi
• Perdarahan
• Kambuhnya gejala
d. Usahakan kembalinya peristaltik
• Pertahankan kepatenan selang NG
• Irigasi dengan air garam normal setiap 4 jam dan bila perlu
e. Tingkatkan dan pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
• Catat asupan per rute ( IV,Oral )
• Catat haluaran per rute ( urin,feses,emesis,stoma )
• Konsultasikan dengan dokter jika terdapat ketidakcocokan
f. Atasi atau kurangi nyeri dan ketidak kenyamanan
• Pertahankan kepatenan selang NG
• Pertahankan posisi yang nyaman
• Pantau respons anak terhadap pemberian obat
g. Cegah infeksi
• Pantau tempat insisi
• Berikan perawatan kateter foley setiap pergantian dinas
• Ganti balutan bila perlu ( perianal dan kolostomi )
• Rujuk pada pedoman prosedur institusi untuk perawatan yang berhubungan dengan prosedur tertentu.
• Ganti popok dengan sering untuk menghindari kontaminasi feses
h. Lakukan intervensi yang spesifik untuk prosedur,rujuk pada pedoman prosedur institusi
i. Beri dukungan emosi pada anak dan keluarga
4. Hasil yang diharapkan:
-Tanda – tanda infeksi tidak ada
-Hidrasi bayi adekuat
-Tidak ada kerusakan jaringan pada area stoma

Read more...

SEPSIS NEONATORUM DAN HIPERBILIRUBUNEMIA


I. Pengertian
Sepsis Neonatorum adalah infeksi sistemik (masuknya kuman ke dalam tubuh disertai manifestasi klinik) yang terjadi pada neonatus.

Hiperbilirubunemia adalah ikterus yang mempunyai kadar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yaitu bilirubin total mencapai 12 mg/dl atau lebih pada bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kurang bulan bila kadarnya lebih dari 10 mg/dl.

II. Etiologi
Sepsis dapat disebabkan berbagai macam organisme seperti bakteri gram positif maupun negatif, virus, parasit, dll. Meskipun demikian etiologi sepsis untuk tiap klinik atau daerah tidak selalu sama.
Sedangkan hiperbilirubunemia dpt disebabkan oleh berbagai macam keadaan. Penyebab yang tersering adalah hemolisis yang timbul akibat inkompatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD.Infeksi juga memegang peranan penting dalam tjdnya hiperbilirubunemia seperti pada sepsis dan gastroenteritis. Hiperbilirubinemia dpt juga disebabkan oleh hipoksia/anoksia, dehidrasi dan asidosis, hipoglikemi dan polisitemia.

III. Patofisiologi


IV. Manifestasi Klinik
Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis seperti septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan imaturitas dari sistem imun dan ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi infeksi.
Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan (rata-rata 48 jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi transplasenta, dari cairan amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Berkembangnya gejala pada early onset pada umumnya sangat cepat dan meningkat menuju septik shock.
2. Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit (nosokomial) sering terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat.

V. Pengelolaan
Pada bayi manapun yang dicurigai sepsis, terapi antimikroba harus segera diberikan setelah evaluasi diagnostik lengkap. Pada sepsis onset dini, cakupan pemberian Antibiotik diperlukan untuk kokus gram positif, paling sering streptokokus group B, dan basil gram negatif. Pada sepsis nosokomial, antibiotik harus dapat mengatasi stafilokokus dan basilus gram negatif termasuk pseudomonas.
Penggunaan oksigenasi membran ekstrahepatal (ECMO) telah sukses si tahun-tahun terakhir dalam menyelamatkan neonatus resiko tinggi yang meninggal karena sepsis. Pengelolaan profilaksis seperti lingkungan, imunisasi diperlukan.

Pada pengelolaan Hiperbilirubinemia dilakukan pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi sinar atau tranfusi tukar, merupakan tindakan yang dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin.

VI. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul :
1. Risiko tinggi terjadinya infeksi b.d. penyebaran infeksi secara sistemik, penurunan sistem imun
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan energi dan keletihan
3. Kerusakan integritas kulit b.d. proses inflamasi mikroorganisme, edema
4. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d. pemasukan yang tidak adekuat
5. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan berlebih karena muntah dan diare
6. Diare b.d. iritasi usus sekunder akibat organisme yang menginfeksi.
7. Perubahan proses keluarga b.d. keadaan sakit dan hospitalisasi.
8. Kurang pengetahuan keluarga mengenai proses pengobatan dan perawatan neonatus b.d. kurangnya informasi yang diperoleh.
9. PK; hipotermi/hipertermi.

Read more...

tokoh keperawatan berkata:

Menurut Martha. E. Rogers, untuk mengadakan suatu perubahan perlu ada beberapa langkah yang ditempuh sehingga harapan dan tujuan akhir dari perubahan dapat dicapai . Langkah-langkah tersebut antara lain :
Tahap Awereness,
Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk berubah apabila tidak ada kesadaran untuk berubah, maka tidak mungkin tercipta suatu perubahan
Tahap Interest
Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul perasaan minat terhadap perubahan dan selalu memperhatikan terhadap sesuatu yang baru dari perubahan yang dikenalkan. Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah
Tahap Evaluasi
Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan yang akan ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan perubahan
Tahap Trial
Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru atau hasil perubahan dengan harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesuai dengan kondisi atau situasi yang ada, dan memudahkan untuk diterima oleh lingkungan
Tahap Adoption
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap sesuatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya manfaat dari sesuatu yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan.

banner_ku

Image and video hosting by TinyPic

Tukar Banner

Tukeran link



Copy kode di bawah masukan di blog anda, saya akan segera linkback kembali

Image and video hosting by TinyPic

banner blog-blog lainnya

Image and video hosting by TinyPic http://bengawan.org/

among us

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP