Asuhan Keperawatan Pasien Anak dengan Acut Lymphoblastic Leukemia
Rabu, Januari 13, 2010
Introduction Leukemia: 25-35% Childhood Cancer ALL: Malignant Disease Progressive Infiltration of Bone Marrow and Lymphatic Organs by immature lymphoid cell lymphoblasts Etiology and Epidemiology Radiation Chemicals Drugs Viruses Genetic Abnormalities Incidence 3 per 100.000 children Peak: 2-6 years Sardjito (1992-1998) Leukemia= 48% Indonesia problems: Registration, Protocol, Specific diagnosis, Cost (drugs and suportive) Prognosis Poorer Countries: prognosis poor Many patients without any treatment Clinical Signs Symptoms: Malaise, Fatigue Bleeding, bruising Fever Bone pain Lymphadenophaty (80% Splenomegali and hepatomegali (70-75%) Enlargement of the testes CNS: Intracranial pressure > Laboratory and Radiology Peripheral blood: anemia, trombocytopenia, Neutropenia Bone marrow Aspirate: >25% leukemia lymphoblasts Radiographic: Mediastinal mass (5-10%) FAB Classification Morphological classification: French-American-British (FAB): L1: 80%, L3:< 2%, L2: the Remainder L1: Higher remission Prolonged survival than L2 and L3 L3: The worst prognosis Prognostic Factors WBC, Hb, Trombosit Age Organomegaly FAB Morphology Mediastinum mass Sex CNS disease ALL Management in childhood Four components Remission induction Intensification CNS treatment Continuation The purpose: eradicate leukemic cells Remission induction Regimen: Vincrisrine (VCR) (Konstipasi, neuropati perifer) Dexamethasone (imunokompromis, psikis) Methotrexate (MTX) intratekal (toksisitas hati dan renal, syok anafilaksis) Daunorobicin (Dauno) hanya untuk risti (toksisitas jantung) L-asparaginase (syok anafilaksis) Problems: Difficult diagnosis Education/ information No cost, no delay Complications/ failure Intensification/ consolidation Combination: MTx iv, 6- MP and L-asp Problems: cost, complications, isolation room Supportive care Hemorrhage Infection Leukemia patient's association Diagnosis Keperawatan esensial b.d diagnosa leukemia Perubahan proses keluarga b.d dampak diagnosis leukemia dan prognosis tak pasti Berduka Kurang pengetahuan Diagnosa Kep esensial b.d supresi sumsum tulang Risiko terhadap infeksi Perubahan perfusi jaringan, kardiopulmonal b.d anemia dan trombositopenia karena leukemia/ kemoterapi Diagnosa kep esensial b.d kemoterapi Kurang pengetahuan Risiko terhadap cedera Risiko terhadap perubahan membran mukosa Risiko terhadap perubahan vol cairan Tidak toleran terhadap aktivitas Nutrisi kurang Gangguan citra tubuh Perubahan integritas kulit Risiko Perubahan perfusi jaringan, ginjal PK. Anafilaksis syok PK Perdarahan Risiko penurunan curah jantung Rencana Perawatan Risiko terhadap infeksi b.d infiltrasi leukemik ke sumsum tulang dan obat-obat kemoterapi yang digunakan Perlindungan Infeksi Pantau Sel darah putih, diferensial, jumlah granulosit absolut (Granulosit 500 sel/mm3 menempatkan pasien pada risiko yang berat dari kemungkinan berkembangnya infeksi) Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering jika diperlukan (Demam atau hipotermia dapat mengindikasikan timbulnya infeksi pada pasien yang mengalami granulositopenia) Laporkan jika ada suhu di atas 37,5 derajat C pada dokter (peningkatan suhu merupakan satu tanda adanya infeksi pada pasien dengan granulositopenia sehubungan dengan rendahnya jumlah sel-sel darah putih) Saat pertama suhu meningkat, dapatkan spesimen untuk kultur sesuai kebutuhan, biasanya dari urin, swab tenggorok, darah, sputum dan luka terbuka (Kultur akan membantu mengidentifikasi adanya sumber-sumber infeksi. Seringkali satu sumber tidak teridentifikasi) Mulai pemberian antibiotik dengan segera setelah mendapatkan spesimen kultur. Jangan menunggu hasil kultur sebelum mengawali terapi antibiotik (pasien granulositopenia dapat mengalami proses sepsis dalam 12 jam dari demam tertinggi jika ditangani dengan antimikrobial) Gunakan kewaspadaan granulositopeni per kebijakan institusi (Pada beberapa institusi kewaspadaan granulositopenia diawali ketika jumlah netrofil absolut >1000 dan institusi lainnya ada yang menentukan dengan > 500) termasuk: Ruangan pribadi dengan pintu tertutup Lakukan cuci tangan yang benar baik pasien, keluarga, pengunjung, keluarga dan juga terutama staf Individu dengan infeksi saluran pernafasan atau infeksi lainnya disarankan untuk tidak masuk ruangan pribadi tersebut Pasien diharuskan untuk menggunakan masker jika meninggalkan ruangan pribadi Gunakan diet rendah bakteri termasuk buah segar, lada, sayur, dan bumbu Tidak menyediakan bunga potong atau tanaman hidup Pasien harus menghindari tempat keramaian Gunakan sarung tangan jika berkebun Pantau adanya infeksi sistemik dan atau lokal, selalu ingat bahwa tanda-tanda normal dari kemampuan pasien untuk bertahan atau melawan infeksi adalah sebagi berikut: kemerahan, pus, hangat setempat, infeksi, proses inflamasi. Dikaitkan dengan munculnya sel-sel darah putih lalu kemudian adanya tanda-tanda topikal dari infeksi mungkin tidak ada. (Kurangnya neutrofil saat mengalami granulositopenia menurunkan kemampuan pasien untuk melawan infeksi) Berikan obat antibiotik, anti jamur, dan obat-obat antimikrobial lainnya sesuai kebutuhan. (Mencegah dan atau mengatasi agen-agen infeksi dalam pasien yang mengalami gangguan sistem imun. Berikan faktor perangsang koloni seperti G-CSF atau GM-CSG sesuai kebutuhan. (Koloni yang menstimulasi faktor-faktor yang menurunkan lamanya neutropenia) Bantu pasien dalam melakukan higiene pribadi seperti mandi, perawatan mulut, perawatan perineal. (menurunkan hadirnya organisme endogen) Anjurkan untuk istirahat sesuai kebutuhan. (keletihan dapat menurunkan fungsi immun) Kaji semua sisi prosedur invasif terhadap munculnya tanda-tanda infeksi. (Meningkatkan deteksi dini terhadap adanya komplikasi) Kaji kulit dan membran mukosa terhadap adanya kerusakan. (Kulit dan mukosa memberikan garis pertahanan pertama untuk melawan infeksi) Ganti semua balutan setiap hari yang meliputi daerah infus, jalur arteri sesuai standar institusi (Mencegah mikroorganisme dari perkembangbiakannya di bawah balutan tersebut). Edukasi pasien, Keluarga dan pengunjung Ajarkan pasien, keluarga/ pengunjung mengenai tindakan-tindakan untuk menurunkan risiko infeksi.(Menurunkan potensial adanya infeksi) Ajarkan pasien/keluarga/pengunjung mengenai tanda dan gejala infeksi yang menekankan pada keadaan yang benar untuk melaporkannya pada tenaga kesehatan.(Pengetahuan meningkatkan keikutsertaan dari semua orang yang terlibat terhadap perencanaan asuhan) Instruksikan pasien untuk minum obat sesuai petunjuk dokter sampai tidak dibutuhkan lagi seperti antibiotik, faktor stimulasi koloni. (Antimikrobial mengatasi organisme penyebab infeksi; jika tidak diminum dapat menimbulkan suatu keadaan sepsis yang serius. CSF menurunkan lamanya neutropenia). Jelaskan pada pasien mengenai harga obat yang diperkirakan dan bantu untuk memanfaatkan asuransi yang ada pada pasien atau kemampuannya untuk membayar. (Beberapa agen-agen obat terbaru sangat mahal dan tanpa adanya jaminan asuransi, pasien mungkin tidak akian mampu membayar berdasarkan resep dokter) Instruksikan pasien untuk menghindari orang-orang dengan infeksi saluran nafas atas (flu, pilek) dan anak-anak yang terkena infeksi seperti chicken pox); dan untuk menghindari kontak dengan penyakit lesi-lesi herpes lainnya. (Kontak dengan seseorang dengan infeksi dapat mengarahkan pada infeksi yang serius pada pasien yang mengalami penurunan fungsi imun) Pengobatan demam Pantau suhu setiap 4 jam. (Peningkatan suhu mungkin hanya merupakan tanda infeksi pada pasien dengan granulositopenia sehubungan dengan rendahnya sel darah putih) Pantau nadi, tekanan darah, dan pernafasan setiap 4 jam (Infeksi menyebabkan takikardi, hipotensi, dan takipnea) Pantau pemasukan dan pengeluaran.(Dehidrasi disebabkan oleh IWL yang meningkat) Beritahu dokter terhadap peningkatan suhu tubuh yang pertama pada pasien dengan neutropenia. (Ini mungkin juga hanya merupakan satu tanda infeksi dan memerlukan intervensi dengan segera) Berikan obat-obat antipiretik sesuai permintaan seperti asetaminofen, hindari penggunaan aspirin. (Asetaminofen menurunkan demam tanpa meningkatkan risiko terjadinya perdarahan) Gunakan matras termik sesuai dengan kebutuhan. (Memberikan kehangatan selama proses menggigil pada demam tinggi) Edukasi Instruksikan pasien rawat jalan dengan granulositopenia untuk memeriksa suhu pada pagi dan sore hari atau jika merasa kedinginan atau hangat. (peningkatan suhu tubuh hanya tanda infeksi pada pasien dengan granulositopenia b.d sel darah putih) Beritahu petugas kesehatan dengan segera jika ada suhu diatas 37,5 derajat C (peningkatan suhu tubuh hanya tanda infeksi pada pasien dengan granulositopenia b.d sel darah putih) Instruksikan pasien untuk minum paling sedikit 2-3 liter per hari (8-12 gelas). (Selama episode demam, cairan ekstra dibutuhkan untuk mengganti IWL) Instruksikan pasien untuk minum obat antibiotik sesuai permintaan (7-14 hari). (Mencegah berkembangnya resistensi kuman (organisme penyebab infeksi)). Perubahan perfusi jaringan, kardiopulmonal b.d anemia dan trombositopenia yang disebabkan oleh leukemia dan/ atau kemoterapi. Pantau Hb, Ht dan jumlah trombosit.(Memberikan info untuk mengevaluasi respons pada transfusi) Pastikan pesanan dokter mengenai pemberian produk darah dan kecepatan infusnya.(Mencegah kesalahan dalam pemberian produk darah) Pasang ukuran jarum yang tepat untuk pemberian produk darah ke dalam alat akses vena implantasi (VAD). (Memberikan akses untuk implantasi produk darah) Lakukan pembilasan pada infus dengan salin isotonik. (salin isotonik cocok dengan produk darah) Pantau tanda-tanda vital sebelum dan sesudah selama transfusi. (membantu mengindentifikasi reaksi transfusi) Jangan memberikan beberapa obat ke dalam darah atau infus yang sedang untuk transfusi darah. (produkdarah tidak cocok dengan obat-obat) Observasi dan tanyakan adanya perasaan gatal, rasa gatal disertai bintik, bintik merah, napas pendek.(Gejala ini mungkin merupakan indikasi dari reaksi transfusi atau cairan berlebihan) Pantau dan atur kecepatan aliran selama transfusi.(memelihara pemasukan produk darah sesuai dengan kebijakan institusi) Pantau sisi penusukan IV terhadap adanya tanda kemerahan, nyeri dan pembengkakan. (Mencegah infiltrasi dari produk darah) Hindari pemberian sdm yang terlalu cepat.(Mencegah kelebihan cairan dan reaksi transfusi) Berikan obat-obat untuk mengatasi kelebihan beban cairan.(Meningkatkan diuresis) Hentikan transfusi bila terjadi reaksi dan pertahankan infus dengan salin normal.(Mencegah infusi lanjut produk penyebab dan memberikan akses IV untuk obat darurat) Ambil spesimen darah dan urin yang dikeluarkan pertama sesuai dengan kebijakan institusi. (Memberikan sampel untuk pemeriksaan) Selesaikan pemberian darah dan kembalikan ke bank darah dengan wadah dan selangnya.(Memberikan info untuk mencegah reaksi transfusi berikutnya) Dokumentasikan adanya reaksi transfusi, jumlah yang diinfuskan, tanda vital dan respon pasien.(meningkatkan kewaspadaan terhadap pengalaman pasien) Pertahankan kewaspadaan umum.(Mencegah kontaminasi dan penyebaran infeksi) Edukasi Instruksikan pasien/ keluarga mengenai tanda dan gejala yang perlu dilaporkan dan di catat selama transfusi (seperti gatal dengan bintik kemerahan, menggigil, gatal-gatal, pernafasan pendek).(Meningkatkan pengenalan dini terhadap reaksi transfusi) Beritahu pasien dan keluarga terhadap kebutuhan akan transfusi berulang. (Meningkatkan pemahaman) Risiko penurunan curah jantung b.d kardiomiopati karena Adriamicin (Doxorubicin), daunorubicin atau siklofosfamid dosis tinggi Identifikasi pasien berisiko: Adriamycin . 550mg/m2 atau ,450 mg/m2 dengan siklofosfamid Kaji data dasar pasien sebelumnya untuk memulai kemoterapi Kaji kualitas dan keteraturan dari denyut jantung Lakukan EKG bagi pasien risiko tinggi Instruksikan pasien untuk melaporkan adanya keluhan dispnea Beritahukan pasien/keluarga terhadap risiko masalah jantung, sebelum pengobatan
0 komentar:
Posting Komentar